Selasa, 30 Mei 2017

Motivator Pilihan, Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Pilihan

Motivator Pilihan, Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Pilihan


Motivator-Pilihan-Motivator-Indonesia-Terbaik-Motivator-Indonesia-Pilihan

Mulailah dengan yang kanan. Ini maknanya luas sekali, salah satunya, "Mulailah dengan otak kanan."

Kalau Anda melangkah, pasti mikir. Tapi kalau Anda mikir terus, yah nggak jadi melangkah.

Kalau Anda memulai, pasti ngitung. Tapi kalau Anda ngitung terus, yah nggak jadi mulai.

Mulailah dengan otak kanan. Sekali lagi, mulailah dengan otak kanan. Maksudnya? Action dulu, baru mikir. Tolong dicatat, ini berlaku buat bisnis kali pertama atau bisnis skala kecil.

Kalau bisnis Anda melibatkan investasi miliaran rupiah, barulah Anda ngitung sejak awal. Tapi kalau cuma jutaan rupiah atau kurang, yah sudah, langsung action saja. A-c-t-i-o-n.

Untuk itu, saya menganjurkan Anda sebuah buku yang berbeda. Buku yang satu ini bener-bener beda. Sudah 10 tahun umurnya. Sudah 33 kali cetak ulang. Predikatnya bukan sekedar mega-bestseller.

Menariknya, buku ini nggak pernah diiklankan, nggak pernah diseminarkan. Alhamdulillah tetap dicari-cari. Itulah buku #10JurusTerlarang. Boleh dibilang, inilah 'pesaing' buku 7 Keajaiban Rezeki. Alhamdulillah kedua-duanya adalah karya saya.

10 Jurus Terlarang, Anda pernah baca? Sebagian dari Anda mungkin mengangguk, sudah baca. Ya, buku ini telah menjadi viral di mana-mana. Kenapa? Karena mengajarkan entrepreneur dan calon entrepreneur untuk memulai usaha dengan otak kanan. Btw, royalty for charity.

Pendidikan kita selama ini sayangnya terpaku pada otak kiri. Serba mikir. Serba ngitung. Serba pasti. Serba linier. Nggak heran, orang-orang yang cerdas akademis hanya suka sesuatu yang pasti-pasti saja. Dia menolak segala bentuk ketidakpastian.

Padahal, setiap bisnis mengandung resiko dan ketidakpastian, terutama di awal-awal. Karena itulah kita semakin memerlukan pendekatan otak kanan. Berani melangkah. Berani memulai. Berani mengambil resiko. Toh, dari setiap kejadian kita bisa belajar dan bertumbuh. Right?

Semoga Anda termasuk 'golongan kanan'. Sekian dari saya, Ippho Santosa.


Motivator Pilihan, Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Pilihan

Minggu, 28 Mei 2017

Motivator Pilihan, Motivator Indonesia Pilihan, Motivator Indonesia Terbaik

Motivator Pilihan, Motivator Indonesia Pilihan, Motivator Indonesia Terbaik


Motivator-Pilihan-Motivator-Indonesia-Pilihan-Motivator-Indonesia-Terbaik

Motivator-Pilihan-Motivator-Indonesia-Pilihan-Motivator-Indonesia-Terbaik

Bahagia itu rezeki.
Sehat itu rezeki.

Mau hidup bahagia dan terhindar dari berbagai macam penyakit? Salah satu resepnya adalah memiliki pasangan (suami atau istri) yang tidak menyebalkan. Dengan kata lain, memiliki pasangan yang menyenangkan alias menentramkan.

Penelitian terkait hal ini digelar oleh Dr Bill Chopik dari Michigan State University, terhadap 2.000 pasangan selama 6 tahun. Para responden diminta terus-menerus melaporkan mengenai kondisi kebahagiaan dan kesehatan mereka.

Sebelumnya, riset bertajuk Novel Links Between Troubled Marriages, yang dihelat oleh Lisa Jaremka juga mengungkapkan perihal yang serupa. Hidup bahagia dan sehat salah satunya disebabkan oleh pasangan yang menyenangkan. Anda boleh menyebutnya, menentramkan.

Begitu tahu fakta ini, mungkin sebagian kita berusaha untuk 'mencari' pasangan yang ideal. Tentu, itu penting. Tapi, yang lebih penting lagi adalah 'menjadi' pasangan yang ideal. Ya, mulai dari diri kita. Sekiranya kita sudah memulai, insya Allah akan dipertemukan. Tak perlu sampai 'mencari-cari'.

Saya yakin Anda paham apa yang saya maksudkan. Siap?


Motivator Pilihan, Motivator Indonesia Pilihan, Motivator Indonesia Terbaik

Kamis, 11 Mei 2017

Motivator Indonesia Asia, Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Pilihan

Motivator Indonesia Asia, Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Pilihan

Motivator-Indonesia-Asia-Motivator-Indonesia-Terbaik-Motivator-Indonesia-Pilihan



 Suatu hari, seorang anak bertanya kepada ibunya, "Mama, ML itu apa sih?"

Ibunya kaget. Dia pun bingung mau menjelaskan apa, "Mmm..."

"Kok Mama diam aja?" desak si anak.

"Nak, kamu dengar dari mana kata ML itu?"

"Yah Mama, tinggal jelasin doang. Kalau nggak, aku kan makin penasaran."

Akhirnya, ibunya menjelaskan makna ML itu. Tentunya dengan hati-hati. Bukan apa-apa, kuatir anaknya salah paham. Tak kurang dari 30 menit ia menjelaskan.

Sebagai penutup, ibunya menegaskan, "Intinya Nak, kalau kamu belum nikah, kamu nggak boleh ML. Paham?"

"Paham, Ma."

"Nah, Mama sudah jelasin. Sekarang giliran kamu yang jelasin. Kami tahu kata ML itu dari mana?"

"Itu lho Ma, di botol air mineral. Ada tulisan 300ML dan 600ML. Kalau yang gede, 1500 ML."

Ibunya langsung melotot!

Hahaha!

Btw, kenapa seseorang belum menikah? Mungkin jawabannya, karena dia belum menikah. Udah, itu aja. Titik.

Hehehe.

Penjelasan ini sepertinya dapat menghibur mereka yang belum menikah. Hehehe.

Ada pula orang yang setelah bertemu jodohnya dan menikah, lalu melarang jodohnya ini pergi ke mana-mana. Hanya boleh di rumah saja. Ketika ditanya apa sebabnya, ia menjawab, "Kalau sudah jodoh, nggak akan ke mana!" Hehehe, ngawur.

Institusi kemanusiaan, itulah salah satu peran pernikahan. Boleh dibilang, pernikahan adalah institusi yang tertua dan termulia. Menariknya, menikah itu menyehatkan. Sangat menyehatkan.

Studi oleh National Longitudinal Mortality menemukan, mereka yang menikah ternyata lebih panjang umur daripada mereka yang tidak menikah.

Penelitian di Sahlgrenska Academy menemukan, pria yang hidup sendiri (jomblo) cenderung rentan terkena stroke dan berisiko meninggal lebih cepat.

Saya melihat, mereka yang menikah biasanya lebih matang dan lebih sabar. Apalagi saat dikaruniai anak. Cobalah lihat orang-orang di sekitar Anda. Mungkin Anda akan menemukan kecenderungan yang sama.

Maka, menikahlah. Sekiranya belum, berarti ini kesempatan untuk memantaskan diri juga menjaga diri. Hati-hati. Karena lazimnya, kita akan mendapati apa-apa yang kita pantasi.

Menikah bukan sekedar ML.

Menikah itu ibadah.
Menikah itu membaikkan rezeki.
Menikah itu menyehatkan jasmani.
Menikah itu menyehatkan rohani.
Menikah itu menentramkan hati.

Sekian dari saya, Ippho Santosa. Sampaikan tulisan ini kepada kerabat-kerabat kita yang belum menikah.



Motivator Indonesia Asia, Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Pilihan

Selasa, 09 Mei 2017

Motivator Indonesia Asia, Motivator Indonesia Pilihan, Motivator Indonesia Terbaik

Motivator Indonesia Asia, Motivator Indonesia Pilihan, Motivator Indonesia Terbaik

Motivator-Indonesia-Asia-Motivator-Indonesia-Pilihan-Motivator-Indonesia-Terbaik

Anda bangun pagi jam berapa?

Berdasarkan pengamatan selama lima tahun terhadap 170-an orang kaya di dunia, Thomas Corley menyebutkan kebiasaan-kebiasaan mereka dan salah satunya adalah bangun lebih pagi. Menurut studi ini, orang-orang kaya bangun tiga jam lebih awal sebelum memulai rutinitas.

Bangun lebih pagi menjadi strategi yang sangat efektif dalam menghadapi ritual-ritual yang tak terelakkan, seperti jalanan yang macet, mengantar anak ke sekolah, dan rapat kerja yang menyita waktu.

“Ritual-ritual harian yang tidak bisa terelakkan ini bisa menciptakan sebuah pemahaman di otak bawah sadar bahwa 24 jam itu tidak cukup dan Anda tidak memiliki kontrol pada kehidupan sendiri,” papar Thomas Corley.

Bangun jam 5 pagi, ungkap Thomas Corley, menyediakan waktu bagi Anda untuk menyelesaikan beberapa hal terlebih dahulu, sehingga mengembalikan rasa percaya diri Anda dan kendali hidup ke tangan Anda. 

Inilah sejumlah tokoh yang terbiasa bangun awal:
CEO Pepsi, Indra Nooyi
CEO Apple, Tim Cook
Founder Virgin, Richard Branson
Retail Expert, Michelle Gass

Awet muda, menyehatkan, menyegarkan, meringankan kesibukan, dan mengundang keberkahan, itulah manfaat-manfaat tersembunyi dari bangun lebih awal. Hm, berat? Kalau bangun lebih awal saja susah, gimana mau bangun rumahtangga? Gimana mau bangun perumahan? Hehehe.

Daripada tersinggung, lebih baik Anda lakukan dan rutinkan saja. Nggak ada ruginya! Untung malah! Setelah 21 hari praktek, Anda akan terbiasa dan merasakan bedanya. Siap? Sekian dari saya, Ippho Santosa.





Motivator Indonesia Asia, Motivator Indonesia Pilihan, Motivator Indonesia Terbaik

Senin, 08 Mei 2017

Motivator Indonesia Pilihan, Motivator Indonesia Asia, Motivator Indonesia Terbaik

Motivator Indonesia Pilihan, Motivator Indonesia Asia, Motivator Indonesia Terbaik

Motivator-Indonesia-Pilihan-Motivator-Indonesia-Asia-Motivator-Indonesia-Terbaik
Saya adalah jenis orang yang percaya pada tempaan sekolah dan perguruan tinggi. Tapi, kita harus mengakui, perguruan tinggi bukanlah segala-galanya.

Tak sedikit orang-orang terkaya di dunia yang merupakan drop out dari perguruan tinggi.

Mau contoh?

Matt Mullenweg, pendiri WordPress.

Arash Ferdowsi, pendiri DropBox.

David Karp, pendiri Tumblr.

Mark Zuckerberg, pendiri Facebook.

Bill Gates, pendiri Microsoft.

Stacey Ferreira, orang kepercayaan Richard Branson.

Richard Branson, pendiri Virgin Group.

Di kalangan seniman, kita juga mengenal Ed Sheeran (Shape of You) dan Samuel L Jackson (Avengers). Mereka drop out.

Di kalangan ilmuwan, kita juga mengenal Buckminster Fuller, Isaac Newton, dan Albert Einstein. Mereka drop out.

Ya, kita harus mengakui, perguruan tinggi bukanlah segala-galanya dalam meraih kesuksesan. Intinya, mau belajar tho?

Tak perlu diperdebatkan lagi, mau belajar, berani, gigih, visioner, dan pandai membawa diri adalah faktor-faktor penentu kesuksesan.

Sekian dari saya, Ippho Santosa.


Motivator Indonesia Pilihan, Motivator Indonesia Asia, Motivator Indonesia Terbaik

Minggu, 07 Mei 2017

Motivator Indonesia Pilihan, Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Asia

Motivator Indonesia Pilihan, Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Asia

Memulai, perlu keberanian.
Membesarkan, perlu ilmu.
Itulah kuncinya dalam bisnis.

Motivator-Indonesia-Pilihan-Motivator-Indonesia-Terbaik-Motivator-Indonesia-Asia

Motivator-Indonesia-Pilihan-Motivator-Indonesia-Terbaik-Motivator-Indonesia-Asia

Ini pesan penting buat teman-teman entrepreneur. Sebagian mungkin bertanya-tanya, "Maksudnya gimana sih?"

Begini. Agar bisnisnya membesar, belajarlah mengelola bisnis. Dengan belajar, risiko-risiko bisnis dapat ditekan.

Aktivitas-aktivitas bisnis pun menjadi lebih efisien dan lebih efektif. Apalagi kita sama-sama tahu, saat ini marketing, inovasi, dan SDM perlu dirancang dengan cermat, nggak bisa lagi pakai ilmu yang sekadarnya.

Memang, berani memulai atau berani action itu perlu. Mutlak. Tapi, maaf, ini saja nggak cukup. Perlu ilmu. Perlu perencanaan. Terutama untuk mengelola bisnis dan membesarkan bisnis.

Kalau coba-coba sendiri alias sekadarnya, malah lebih menguras waktu dan uang. Itulah yang dulu saya alami. Karena itulah sekarang saya menyarankan teman-teman untuk selalu belajar. Baca buku. Ikut seminar. Ikut coaching.

Mengelola SDM, misalnya. Ini tidak mudah. Perlu ilmu. Richard Brandson, seorang entrepreneur asal Britania Raya, pernah mengatakan bahwa aset paling berharga dalam sebuah organisasi adalah para manusianya. Dalam konteks perusahaan, tentu saja yang dimaksud di sini adalah para karyawan.

Mereka harus diberi penghargaan. Bukan sekedar pengupahan. Mereka harus diberi pembinaan. Bukan sekedar pelatihan. Lagi-lagi, ini soal ilmu. Owner dan manajemen yang tidak berilmu akan kehilangan tim terbaiknya. Lha, siapa yang mau dipimpin oleh orang yang tidak berilmu?

Begitulah, belajar. Mudah-mudahan mengundang percepatan bagi bisnisnya. Sekian dari saya, Ippho Santosa.


Motivator Indonesia Pilihan, Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Asia

Kamis, 04 Mei 2017

Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Muda, Motivator Indonesia Pilihan

Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Muda, Motivator Indonesia  Pilihan

Sewaktu kecil, saya sangat dekat sama nenek saya. Anak nenek, kata orang. Ini semacam istilah anak mami.

Motivator-Indonesia-Terbaik-Motivator-Indonesia-Muda-Motivator-Indonesia-Pilihan

Motivator-Indonesia-Terbaik-Motivator-Indonesia-Muda-Motivator-Indonesia-Pilihan

Pembalap F1, Rio Haryanto, juga kadang-kadang disebut anak mami. Disebut begitu lantaran dekat sama ibunya.

Cristiano Ronaldo pun terkenal dekat dengan ibunya. Ia sempat memberikan kejutan kepada ibunya. Nggak main-main, ketika ibunya berulang tahun pada 31 Desember 2015, Ronaldo menghadiahkan sebuah mobil Porsche Boxster berwarna putih!

Disebut anak mami, emang napa? Satu temuan dari Grant Study, Harvard University, justru menunjukkan ‘anak mami’ memiliki potensi sukses lebih besar ketimbang mereka yang memiliki hubungan kurang harmonis dengan ibunya. Nah lho!

Studi tersebut memaparkan 'anak mami' secara konsisten dan persisten mengalami peningkatan karier dan income. Sedangkan pria yang selalu bersitegang dengan ibunya, jarang mendapatkan promosi jabatan bahkan sering mandek!

Pria yang harmonis dan berbakti sama ibunya diketahui beroleh gaji bulanan yang lebih tinggi. Selain itu, risiko terjangkit dementia saat mencapai masa lansia, disinyalir sangat rendah. Keren ya, berbakti itu ternyata menyukseskan juga menyehatkan!

Btw, benarkah penelitian ini? Grant Study adalah penelitian terkait hubungan orangtua dan anak paling lama dalam sejarah ilmu psikologi. Bermula tahun 1938 dan masih berjalan hingga sekarang. Studi ini digelar 2 tahun sekali, dengan meneliti kehidupan 200-an mahasiswa pria di Harvard University, sewaktu mereka masih kuliah, lulus, dan bekerja.

Menurut YourTango.com pula, pria yang berlabel 'anak mami' rupa-rupanya cenderung lebih setia, lebih empati, lebih bertanggung-jawab, dan lebih menghormati wanita. Jadi, nggak usah risih disebut 'anak mami'. Hehehe. Asal nggak cengeng saja.


Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Muda, Motivator Indonesia  Pilihan

Selasa, 02 Mei 2017

Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Pilihan, Motivator Indonesia Muda

Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Pilihan, Motivator Indonesia Muda

Berbakti itu harus.
Berbakti itu wajib.
Kadang, mesti dipaksakan.
Jangan nunggu cukup.
Jangan nunggu luang.
Motivator-Indonesia-Terbaik-Motivator-Indonesia-Pilihan-Motivator-Indonesia-Muda

Motivator-Indonesia-Terbaik-Motivator-Indonesia-Pilihan-Motivator-Indonesia-Muda

Bolehkah berbakti dengan berutang?

Idealnya sih jangan ngutang. Tapi kalau terpaksa, dalam rangka berbakti pada orangtua, silakan saja ngutang. Sekali lagi, silakan saja ngutang. Yang penting, Anda punya kemampuan untuk membayar (dan bebas riba, tentunya).

Yakinlah, berbakti nggak mungkin rugi.

Mumpung diri kita masih ada rezeki. Mumpung diri kita masih ada umur. Mumpung orangtua kita masih ada umur. Betapa banyak anak yang akhirnya nyesel, karena nggak sempat berbakti. Dan, sekiranya orangtua tidak meminta, tetaplah kita memberi.

Umur ‪#OrangtuaKita‪ mungkin nggak lama lagi. Jangan lagi kita kasih beban. Sisa-sisa umurnya, isilah dengan kebahagiaan dan kedamaian. Hei, kapan lagi mau berbakti? Apalagi kita sama-sama tahu, berbakti mengundang rezeki, durhaka mengundang petaka.

Ratusan rakaat sholatmu, jutaan rupiah sedekahmu, belasan kali umrahmu, itu semua bisa terkikis habis nilainya jika dirimu durhaka kepada orangtuamu atau mengabaikan orangtuamu.

Think. Sekian dari saya, Ippho Santosa.



Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Pilihan, Motivator Indonesia Muda

Senin, 01 Mei 2017

Motivator Indonesia Muda, Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Pilihan

Motivator Indonesia Muda, Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Pilihan


Saya sudah beberapa kali diundang berseminar di Eropa. Tapi ada saja halangannya. Seringkali batal karena alasan 'bentrok jadwal'. Nah, baru kesampaian berseminar di sana pada akhir April yang lalu. Ya, demikianlah takdirnya.

Motivator-Indonesia-Muda-Motivator-Indonesia-Terbaik-Motivator-Indonesia-Pilihan

Motivator-Indonesia-Muda-Motivator-Indonesia-Terbaik-Motivator-Indonesia-Pilihan

Maka adil dan tenanglah dalam menyikapi takdir. Segala sesuatu ada waktunya. Saya ulang, segala sesuatu ada waktunya.

Inilah pesan saya:
- Takdirmu selalu ontime.
- Datangnya tak pernah lebih cepat.
- Datangnya tak pernah lebih lambat.

Obama pensiun jadi presiden di usia 50-an.
Trump mulai jadi presiden di usia 70-an.

Jokowi jadi presiden di usia 50-an.
JK 'hanya' jadi wakil presiden di usia 70-an.

Nggak ada yang salah tho?

Steve Jobs menjadi salah satu ikon dalam bisnis dan inovasi. Tapi umurnya cuma 50-an.

Pablo Escobar, kok bisa jadi salah satu orang terkaya di dunia menurut Forbes, padahal dia seorang pengedar narkoba. Ya, tapi umurnya cuma 40-an.

Masing-masing ada waktunya.

Begini. Berbanding Jakarta, Papua lebih awal dari segi waktu. Sekitar 2 jam lebih awal. Tapi bukan berarti Papua lebih maju. Di sisi lain, Amerika dan Eropa lebih lambat dari segi waktu tapi terbukti bisa lebih maju dari Indonesia.

Itu sekedar analogi saja. Sekali lagi, masing-masing punya takdirnya sendiri, punya waktunya sendiri. Karena tulisan ini sangat penting, baiknya di-share kepada teman-teman Anda.

Yakinlah:
- Mereka yang lebih sukses, bukan berarti mereka 'lebih awal' darimu.
- Mereka yang belum sukses, bukan berarti mereka 'lebih telat' darimu.

Silakan belajar dari orang muda yang sukses. Belajar itu harus tho? Namun setelah kita mempelajari dan mengikuti, kita mesti paham sepaham-pahamnya bahwa setiap orang punya takdirnya sendiri dan punya waktunya sendiri.

Memaksakan diri kita seperti takdir orang lain adalah pekerjaan yang sangat melelahkan dan sangat meresahkan. Bahkan bisa menjurus pada kufur nikmat. Sekian dari saya, Ippho Santosa. Bantu share ya.



Motivator Indonesia Muda, Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Pilihan